Minggu, 13 Maret 2011

Jenis-jenis Kadal Yang Unik


Singkatnya, Kadal adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk kelompok reptil. Ternyata spesies kadal itu banyak dan unik. Berikut ini ada 10 spesies kadal yang terlihat unik dan mungkin asing bagi kita!
  • Frilled Lizard
Frilled Lizard tinggal di Australia dan Papua Nugini. Kadal ini mempunyai kulit yang dapat dibuka dan dilipat yang terletak diantara kepala dan leher. Kulit tersebut ditopang oleh duri panjang tulang rawan yang tersambung ke tulang rahang. Ketika kadal merasa takut, mulutnya akan menganga, dan menunjukan lapisan kulit cerah merah muda atau kuning, Reaksi ini sering digunakan untuk mencegah predator atau selama masa kawin.
  • Short Horned
Kadal Short Horned adalah kadal kecil yang dapat ditemukan di Amerika Utara. Tidak seperti kadal lainnya, kadal ini sering kali disebut “Kodok bertanduk” atau “Horny Toad” karena keliru dengan bentuk tubuhnya yang menyerupai hewan tersebut, namun bukan kodok sama sekali. Ia adalah reptil, bukanlah amphibi. Yang mana salah satu dari lima spesies kadal yang terdapat di Kanada.
  • Slow Worm
Meskipun terlihat seperti ular, Slow Worm sebenarnya adalah kadal tanpa kaki. Seperti semua kadal lainnya, kadal ini memiliki sistem pertahanan diri, yaitu mereka memiliki kemampuan untuk melepaskan ekornya untuk menghindari predator. Mereka bisa menumbuhkan kembali ekornya, namun jarang sekali tumbuh ke panjang semula.
  • Kadal Armadillo
Armadillo Lizard akan menggigit ekor mereka dan menggulung tubuhnya hingga berbentuk bulat ketika mereka merasa terancam. Mereka juga dapat bersembunyi di antara celah-celah batu. Kadal ini dilindungi seperti kebanyakan spesies reptil lainnya di Afrika Selatan.
  • Cekibar (Indonesia)

Salah satu reptil yg unik adalah cekibar. Cekibar juga dikenal dengan julukan “cecak terbang” atau “naga terbang” (flying dragon) di wilayah Barat karena mereka memiliki kemampuan untuk “terbang”. Mereka ditemukan di seluruh wilayah Asia Tenggara & di Indonesia
  • Satanic Leaf-tailed
Satanic Leaf-tailed adalah spesies tokek pulau Madagaskar. Ciri khasnya adalah bagian tubuh yang mirip dengan daun layu terutama pada bagian ekornya. Ini berguna untuk mengecoh pandangan dari para pemangsa mereka.
  • Komodo (Indonesia)
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang 2-3 m yang hanya hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
  • Kadal Basilisk
Kadal ini mempunyai tubuh yang ringan dan mempunyai telapak kaki yang lebar, sehingga dia sanggup untuk “berjalan” di atas air selama ia bergerak cukup cepat. Bagi seukuran kadal ini, dibutuhkan kecepatan sekitar 10 kilometer per jam untuk dapat berjalan diatas air. Namun untuk ukuran manusia, kecepatan yang dibutuhkan adalah sekitar 400 mil per-jam agar dapat melakukannya.
  • Thorny Devil
Panjang tubuh thorny devil mencapai 4-6 cm. kadal ini tidak mempunyai santapan khusus. mereka memakan beberapa spesies semut dan yang paling disukainya adalah semut Iridomyrex yang kecil-kecil. rata-rata mereka memakan 24-25 semut setiap menitnya.
kadal thorny devil dapat menghirup air melalui kakinya. kadal yang berasal dari padang pasir Australia yang gersang ini memperlihatkan kemampuannya menyerap air ke mulut melalui saluran-saluran di antara sisiknya. para ilmuan berharap mampu meniru mekanisme tersebut untuk mengembangkan teknologi pengumpulan air bagi daerah-daerah kering.
  • Brookesia Minima
Brookesia Minima adalah bunglon terkecil di dunia, panjang tubuh maksimumnya hanya mencapai 30 mm. Kadal kecil ini dapat ditemukan di hutan Madagaskar.
Brookesia minima memangsa serangga-serangga kecil. Bila merasa terancam, bunglon ini akan pura-pura mati dan berupaya menyerupai daun jatuh.
Cara termudah untuk menemukannya adalah mencari di malam hari ketika mereka sedang tidur di semak-semak daun kecil.
http://gombhalmukiyo.blogdetik.com
READ MORE - Jenis-jenis Kadal Yang Unik

Jenis-jenis Tokek Komersial Menguntungkan


Jika melihat dari penyebarannya di seluruh dunia, spesies tokek memang terbilang banyak. Namun, secara umum tokek hanya digolongkan ke dalam dua jenis, yakni tokek pohon dan tokek hias. Walaupun semua tokek berasal dari alam, tokek hias memiliki corak, warna, dan bentuk yang lebih indah dibandingkan dengan tokek pohon. Karena itu, orang tidak merasa jijik melihatnya, bahkan banyak yang memelihara.

Saat ini, tokek hias yang sedang banyak dicari adalah Leopard Gecko. Warnanya yang cerah, dihiasi dengan corak yang beragam membuat tokek jenis ini memikat untuk dilihat. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan mengenai tokek hias Leopard Gecko di bawah ini.
A. Tokek Hias
Tokek hias merupakan jenis tokek yang kini banyak dipelihara orang karena keindahan warna dan coraknya. Tokek hias berbeda jauh dengan tokek rumah atau tokek pohon, terutama tujuan pemeliharaannya. Tokek hias dipelihara sebagai hewan klangenan.

Jenis-jenis tokek hias, di antaranya Leopard Gecko, Gargoyle Gecko, Crested Gecko, Bearded Dragon, dan African Fat Tail Gecko. Jenis tokek hias yang saat ini sedang booming adalah Leopard Gecko. Leopard Gecko (Euhlepharis macularius), yang juga biasa disingkat LG oleh kalangan pecinta tokek hias, berasal dari beberapa negara yang memiliki iklim kering dan topografi berbatu, seperti Iran, Afghanistan, Pakistan, dan India.
tokek-hias-leopard
Umumnya, LG memiliki kulit berwarna kuning dengan bintik-bintik cokelat di sekitarnya. Sementara LG yang sudah dewasa, struktur kulitnya lebih didominasi oleh garis-garis berpola. Ada yang menarik dari tokek ini, yakni memiliki telinga yang mengarah keluar, sehingga terlihat jelas. Namun sayangnya, LG tidak bisa merayap atau berjalan di dinding yang permukaannya halus. Hal ini disebabkan perekat lamela yang berada di kaki LG kurang pekat dibandingkan dengan tokek jenis lainnya.

Menurut beberapa hobiis tokek hias, LG mudah dirawat dan dikembangbiakkan. Kelebihannya yang lain adalah tidak berbau, pembawaannya tenang, dan tidak perlu perlakuan khusus dalam perawatannya. Bahkan bisa dibilang, LG tetap hidup walaupun tidak diberi makan berhari-hari, asalkan tidak ada hal-hal yang membuatnya takut atau stres. Karena itu, LG banyak diminati.

Di pasaran, harga LG bisa dibilang paling tinggi dibandingkan dengan tokek hias lainnya. Kisarannya dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung umur, bentuk, dan warnanya. Saat ini banyak kalangan, dari mahasiswa hingga pegawai, yang mencoba meraup bisnis dari budi daya LG ini. Menurut mereka, walaupun keuntungan yang diperoleh tidak sebesar tokek rumah, bisnis tokek LG lebih bisa diprediksi dan keuangan bisa diputar lebih cepat.

B. Tokek Rumah
Tokek rumah merupakan jenis tokek yang biasa hidup di pohon-pohon atau di dalam rumah. Karena itu, sering pula disebut tokek pohon. Biasanya, tokek jenis ini senang berada di daerah lembap yang lingkungannya masih asri dengan pepohonan. Jika tinggal di perdesaan, mungkin kita masih sering mendengar suara tokek atau melihat tokek secara langsung. Namun, orang yang tinggal di perkotaan agak sulit melihat tokek atau minimal mendengar suaranya. Jenis tokek inilah yang dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit, sehingga kini keberadaannya banyak dicari.
tokek-rumah
Tokek rumah umumnya memiliki warna yang bervariasi. Namun, idealnya tokek rumah berwarna biru dengan bintik-bintik berwarna merah. Tokek rumah menyukai berbagai serangga, tikus, cecak, hingga burung kecil sebagai pakannya. Seperti kebanyakan tokek lainnya, tokek rumah juga aktif berburu pada malam hari. Bahkan, tidak jarang tokek mengejar mangsanya hingga ke tanah. Sementara pada siang hari, ketika cuaca sedang terik, tokek bersembunyi di lubang-lubang batu, lubang kayu, atau di sela atap rumah.

* Artikel ini dikutip dari buku “Dahsyatnya Bisnis Tokek” terbitan AgroMedia Pustaka, 2010. Buku yang ditulis oleh Ir. Agus Susilo & Purwadaksi Rahmat ini membahas mengenai mekanisme bisnis tokek, cara-cara berburu tokek, hingga cara memelihara, membudidayakan, dan membesarkan tokek.

sumber :http://distributor.agromedia.net
READ MORE - Jenis-jenis Tokek Komersial Menguntungkan

Jenis-jenis Kambing yang ada di Indonesia


1. Kambing kacang
Merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia. Tumbuh kambing kacang relative kecil, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan. Kehidupannya sangat sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi, jenis kambing ini juga terdapat di Filipina, Myanmar, Thailand, Malaisya, dan sekitarnya
Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
Karakteristik:
  1. Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
  2. telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan.
  3. pada umumnya memiliki warna bulu tungga yakni: putih, hitam dan coklat, serta adakalnya campuran dari ketiganya.
  4. kambing jantan maupun betina meiliki tanduk.
  5. Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 Kg, serta betina dewasa mencapai 25 Kg.
  6. memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.
2.  Kambing Etawa
Merupakan bangsa kambing yang berasal dari daerah Jumnapari, India.
Kambing Etawa memiliki spesifikasi
  1. Kepala yang mirip dengan kepala domba jantan,
  2. Hidung melengkung
  3. Rahang bawah lebih menonjol
  4. Daun telinga panjang dan lebar terkulai ke bawah.
  5. Badannya besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram.
  6. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek yang mengarah ke belakang dan ke samping
Kambing ini umumnya mempunyai gelambir datau lipatan kulit melebar dan terdapat pada sepanjang bagian bawah leher, gelambir kambing jantan lebih lebar daripada kambing betina. Bangsa kambing ini termasuk tipe dwiguna karena dapat mengahasilkan daging dan susu yang cukup banyak. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai kambing “Peranakan Etawa” atau “PE”. Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.
3.  Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.
Kambing Jawa Randu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan ettawa dengan kambing kacang, sifat fisik kacang lebih dominan. Baik jantan atupun betina merupakan tipe pedaging.
Karakteristik:
  1. Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing jantan dewasa dapat lebih dari 40 Kg, sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 Kg.
  2. Baik jantan maupun betina bertanduk.
  3. Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.

4. Kambing Saanen
Merupakan bangsa kambing yang berasal dari lembah Saanen, Swiss, Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memliki tanduk.

Spesifikasinya adalah :
  1. memiliki dahi lebar
  2. Telinga sedang dan tegak dengan posisi kaki terlihat lurus dan kuat.
  3. Warna bulu putih mulus dan adakalanya terdapat bercak hitam pada hidung, telinga dan ambing.
Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu, perhari dapat menghasilkan 4-4.5 liter per hari. Di Indonesi jenis kambing ini di silangkan lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis, misalnya dengan jenis etawa.
5.  KAMBING MARICA
Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang
Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.

6.  KAMBING SAMOSIR
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
Penelitian terhadap kambing spesifik lokal yang ada di Kabupaten Samosir Sumatera Utara dilakukan untuk mengetahui karakteristik morfologik tubuh. Pengamatan ini dilakukan secara langsung dilapangan melalui pengukuran morfologik tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Dari hasil yang diperoleh karakteristik morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26,23 kurang lebih 5,27 kg; panjang badan 57,61 kurang lebih 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 kurang lebih 5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 kurang lebih 5,43 cm; dalam dada 28,67 kurang lebih 4,21 cm dan lebar dada 17,72 kurang lebih 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam didapatkan rataan sebaran warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68% kurang lebih 4,23% warna putih dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam. Jenis kambing jantan berwarna putih sangat diperlukan untuk acara ritual dan adat kebudayaan setempat (parmalim). Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak. Kata Kunci: Morfologik Tubuh, Spesifik Lokal Samosir

7. KAMBING MUARA
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
8. KAMBING KOSTA
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadangkadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk berasal dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya serta ditemukan pula dalam populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta.
Selama ini masyarakat hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli Indonesia, namun karena bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing Kacang, sering sulit dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang, padahal bila diamati secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.
Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut, walaupun data yang pasti untuk populasi Kambing Kosta tidak diketemukan, namun perkiraan populasinya di Provinsi Banten hanya tinggal ratusan ekor saja (500-700 ekor).

9. KAMBING GEMBRONG
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih 20%.
Asal usul kambing gembrong belum bisa dipastikan. Ada yang menduga kambing tersebut merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong.
Dua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali. Dari persilangan dua kambing itulah kambing gembrong muncul. Kambing itu berkembang hingga beranak pinak. Tetapi, cerita ini juga masih simpang siur. Soal asal usul kambing itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
10.Kambing Boer
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer” artinya petani. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 – 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya.
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
KARAKTERISTIK KAMBING BOER JANTAN
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.
Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus berada di sekitar manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun). Mereka suka digaruk dan digosok di bagian belakang telinganya, hingga punggung dan sisi perutnya. Mereka dapat mudah ditangani dengan memegang tanduknya. Mereka dapat juga dilatih dituntun dengan tali. Namun, sebaiknya jangan mendorong bagian depan kepalanya karena mereka akan menjadi agresif.
Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 – 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Disarankan agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 – 8 tahun.
KARAKTERISTIK KAMBING BOER BETINA
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ – 3½ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut “flagging”. Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 – 8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
PERKAWINAN SILANG DENGAN KAMBING LOKAL
Kambing lokal yang dipelihara di Indonesia berasal dari berbagai varietas kambing jenis perah. Jika Boer jantan dikawinkan dengan kambing lokal, baik secara alam atau dengan inseminasi buatan, hasil persilangannya (F1) yang memiliki 50% Boer sangatlah mengagumkan. Keturunan F1 ini akan membawa kecenderungan genetik yang kuat dari Boer. Besarnya tubuh dan kecepatan pertumbuhannya akan tergantung pada besarnya kambing lokal yang dikawinkan. Tergantung dari ransum pakannya, hasil silangan jantan dapat mencapai berat dipasarkan 35 – 45 kg dalam waktu enam sampai delapan bulan, dengan peningkatan jumlah daging pada karkas lebih banyak dari yang dihasilkan anak kambing lokal dengan umur yang sama. Penting untuk dipahami bahwa protein membentuk otot. Penggunaan jagung, tanaman leguminosa dan rumput lokal merupakan sumber protein alami yang sangat bagus. Pada umur satu minggu, anak kambing harus disediakan pakan dari sumber yang sama dengan induknya. Meskipun mereka masih menyusu induknya, mereka akan mulai makan hijauan pada umur sangat muda. AIR MINUM TERSEDIA SETIAP SAAT ADALAH PENTING baik untuk induk maupun anaknya.
11.Persilangan Kambing Boer dengan Kambing Jawa Randu
12.Kambing Boerawa
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung khususnya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan dibeberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Timbulnya upaya mengembangkan kambing Boerawa di Lampung, sebenarnya didasari oleh makin rendahnya harga kambing-kambing PE milik kelompok-kelompok tani ternak wilayah Gedong Tataan Lampung Selatan. Selama ini kambing PE lebih banyak dijual sebagai kambing bibit dengan konsumen peternak dari luar propinsi seperti Bengkulu, jambi, Sumatera Barat hingga Aceh, namun entah bagaimana 3 tahun terakhir ini permintaan bibit kambing PE dari lokasi-lokasi tersebut makin berkurang dan oleh pemiliknya banyak dijual sebagai kambing potong. Sebagai kambing potong, nilai jualnya dihargai atau dinilai berdasarkan bobot badannya. Hal itu tentunya merugikan peternak dikarenakan postur tubuh kambing PE tidak banyak memiliki daging yang tebal, namun cenderung kurus dan tinggi. Sehingga pendapatan atau harga yang diterima peternak dirasakan tidak sebanding dengan kualitas ternak yang dijual tersebut. Sebagai kambing bibit, harga kambing PE relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebagai kambing potong. Harga jual kambing bibit makin tinggi jika kualitas ternak yang dijual makin bagus.
Turunnya harga ternak kambing sempat menyebabkan menurunnya motivasi kelompok untuk mengembangkan ternaknya. Namun terkadang muncul pertanyaan, mengapa harga jual kambing PE di wilayah tersebut mengalami penurunan ?. Beberapa hal yang mungkin saja menjadi penyebabnya, antara lain : -1) Daerah atau wilayah-wilayah yang selama ini membeli kambing PE bibit tidak lagi membeli dikarenakan sudah mampu menghasilkan kambing PE sendiri sehingga dirasakan tidak atau kurang perlu mendatangkan kambing PE dari luar daerah,. -2) Kualitas kambing PE yang ada di Gedong Tataan kalah bersaing dengan daerah lain, sehingga konsumen lebih memilih mendatangkan kambing dari daerah-daerah tersebut.
Salah satu upaya pemecahan masalah diatas tadi adalah dengan mengembangkan dan mengenalkan kambing potong yang memiliki produksi daging yang lebih tinggi melalui upaya persilangan. Memperhatikan dari hasil penelitian, pengamatan dan lainnya (studi literatur, studi banding), Dinas Peternakan Propinsi Lampung mencoba menghasilkan kambing silangan Boer dengan PE. Latar belakang pemikirannya adalah mendapatkan sifat produksi daging yang tinggi dari kambing Boer dan memperoleh penampilan tubuh yang tinggi dan panjang dari kambing PE, sehingga diharapkan diperoleh kambing yang gempal namun berpostur besar dan tinggi. Selain aspek tersebut, hal lain yang mendasari penggunaan kedua jenis kambing tersebut adalah kemampuan beradaptasi dengan aspek lingkungan yang tinggi.
Upaya mengembangkan ternak kambing hasil persilangan ini mendapat respon yang baik dari peternak maupun dari instansi terkait didaerah. Sejak 2 tahun terakhir, program pengembangan kambing Boerawa banyak dilakukan dibeberapa kabupaten /kota di Lampung. Sebagai contoh Kabupaten Tanggamus telah mencanangkan diri sebagai daerah kambing Boerawa.
Sebagai suatu upaya meningkatkan produktifitas kambing lokal, persilangan untuk menghasilkan kambing Boerawa perlu didukung dan ditindak lanjuti secara terukur. Maksudnya adalah dengan tetap memperhatikan kaidah-kaedah teknis perbibitan ternak sehingga dapat diperoleh kambing persilangan yang benar-benar memiliki performans dan nilai genetik yang tinggi. Persilangan bagaimanapun bentuknya, sebagai suatu cara atau metode perbaikan mutu genetik ternak hendaknya mengacu kepada kaidah-kaidah perbibitan dan pembibitan ternak. Harapannya adalah untuk memperoleh mutu genetik yang lebih unggul dan menghindari hal-hal yang merugikan seperti terjadinya inbreeding dan sebagainya. Hal tersebut tentunya diaplikasikan dalam bentuk tatalaksana pemeliharaan yang baik, sistim perkawinan dan seleksi yang benar hingga penetapan standar/kelas kambing Boerawa.
Selama ini Boerawa diartikan kambing silangan antara pejantan Boer dengan betina PE, batasan apakah harus menggunakan betina PE berkelas ataupun PE jenis rambon belum ditetapkan secara jelas, begitu juga dengan penggunaan istilah Boerawa . Sebutan Boerawa selama ini ditujukan untuk ternak turunan yang jantan saja, entah berasal dari hasil persilangan pertama ataupun hasil backcrossnya. Kedepan nampaknya diperlukan upaya-upaya yang lebih terfokus dalam menyusun rancangan peningkatan mutu genetik secara terukur dan terancang. Arti terancang disini adalah adanya desain ataupun saemacam cetak biru pola atau bentuk dari pemuliaan yang hendak dilakukan, sedangkan terukur dimaksudkan dapat diamati hasil dari upaya tersebut dengan tingkat performance atau kualitas yang lebih baik. Koordinasi dan kerjasama antara beberapa pihak terkait barangkali dapat menghasilkan program yang lebih komprehensif dan aplikatif ( Dinas peternakan, perguruan tinggi dll). Desain, cetak biru ataupun rancangan program pengembangan kambing Boerawa hendaknya disusun dengan tetap mengedepankan kaidah-kaidah pemuliaan, aplikatif dan dapat digunakan sebagai acuan teknis dalam produksi kambing Boerawa di lapangan.
Akhirnya, upaya pengembangan kambing Boerawa di Lampung yang merupakan langkah awal dalam mendorong berkembangnya usaha peternakan bagi petani perlu didukung secara lebih maksimal, tentunya peran pemerintah melalui dinas teknis terkait harus lebih responsif dalam menanganinya melalui program-program yang lebih efektif, berhasil dan berdaya guna.

sumber: http://cingsingsehat.blogspot.com
READ MORE - Jenis-jenis Kambing yang ada di Indonesia

Jenis-jenis burung kacamata dan opior © Om Kicau


Burung suku Zosteropidae (burung kacamata dan opior) adalah burung suku besar yang terdapat di Afrika, Asia, dan Australia. Burung ini dinamakan burung kacamata karena kebanyakan anggotanya memiliki lingkar bulu keperakan di sekitar mata (terlihat seperti kacamata).
Umumnya burung kacamata dan opior berukuran kecil, panjang antara 9 cm sampai yang terbesar 14 cm, seperti cikrak dengan bulu zaitun kehijauan atau kekuningan, paruh kecil, ramping, dan sedikit melengkung, sayap pendek, dan kaki kecil kuat.
Burung ini sangat gesit, bergerak tidak kenal lelah. Sering membentuk kelompok campuran, beterbangan di antara puncak pohon, mencari buah-buahan kecil dan serangga. Seperti sesap madu, mendatangi bunga-bungaan untuk mengisap madunya.
Suara berupa cicitan dan ketikan. Sarang berbentuk mangkuk yang bersih dan rapi, ditempatkan pada percabangan pohon.
Ada sepuluh jenis burung ini di kawasan Sunda Besar (Kalimantan, Jawa-Bali dan Sumatera).
Berikut ini gambar-gambarnya (klik dua kali untuk melihat ukuran normal):
Burung kacamata yang hanya endemik di wilayah Sumatera adalah burung kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii, sementara burung yang khusus endemik di Jawa adalah burung Opior Jawa (Lophozosterops javanikus) yang terdiri dari L. j. javanica (Jawa Tengah) dan L. j. frontalis (Jawa Barat).
Burung kacamata dan opior endemik Kalimantan adalah burung kacamata belukar atau Zosterops everetti, burung opior kalimantan atau Oculocincta squamifrons, burung opior mata hitam atau Chlorocharis emiliae.
Burung kacamata topi-hitam atau topi-hitam Zosterops atricapilla hanya endemik di Kalimantan dan Sumatera sementara burung kacamata jawa atau Zosterops flaus endemik di Jawa dan Kalimantan.
Burung opior yang khusus endemik di Jawa dan Bali adalah burung opior jawa atau Lophozosterops javanikus. Sementara burung kacamata gunung atau Zosterops montanus hanya ada di Sumatera, Jawa dan Bali.
Burung kacamata yang merupakan endemik di Sumatera, Jawa-Bali dan Kalimantan adalah burung kacamata laut atau Zosterops chloris.
Ciri-ciri identifikasi burung kacamata
Kacamata biasa atau Zosterops palpebrosus terdiri dari ras Z. p. melanura (bagian terbesar jawa) dengn perut kuning seluruhnya, dan ras Z. p buxtoni dan auriventer (jawa ujung barat, Kalimantan, Sumatera) memiliki pita kuning sempit pada perut tengah bawah.
Kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii seperti Kacamata biasa tetapi perut berwarna putih krem.
Kacamata topi-hitam atau Zosterops atricapilla memiliki kening dan mahkota kehitaman.
Kacamata belukar Zosterops everetti seperti Kacamata biasa tetapi pita pada dada bawah tengah kuning lebih lebar; mahkota depan kekuningan.
Kacamata gunung atau Zosterops montanus punya iris pucat; tidak ada warna kuning pada perut; sisi tubuh kecoklatan.
Kacamata Jawa Zosterops flaus lebih kecil dan lebih kuning dari kacamata laut; tidak ada hitam pada kekangnya.
Kacamata laut Zosterops chloris berukuran lebih besar dan pucat daripada kacamata jawa; bintik di sekitar kekang hitam.
Opior Jawa atau Lophozosterops javanikus pada tenggorokan berwarna abu-abu, lingkar mata tidak lengkap, dan kekang kuning. Burung ini ada dua jenis yakni L. j. javanica (Jawa tengah) dan L. j. frontalis (Jawa barat).
Opior Kalimantan atau Oculocincta squamifrons berukuran sangat kecil; lingkar mata putih sempit; mahkota depan berbintik-bintik.
Opior mata-hitam atau Chlorocharis emiliae berukuran besar; paruh panjang kemerahan; lingkar mata dan kekang hitam.
Sumber informasi dan gambar: Buku Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, oleh John MacKinnon, Karen Phillipps dan Bas van Balen, terbitan LIPI – Burung Indonesia.
READ MORE - Jenis-jenis burung kacamata dan opior © Om Kicau